Archive for Oktober, 2012

Kefir Vs. Nggragas.

Pulang reuni teman-teman kuliah, dua teman saya ngotot pengen ke rumah. Mereka penasaran dengan kefir yang sering saya promosiin.

Di rumah sedang kehabisan stok kefir plain, habis di borong pelanggan. Saya baru pulang dari Malang jadi belum sempat buat stok lagi. Jadilah dua teman kelas berat (baca: gendut) saya itu saya buatkan jus mangga + kefir cream + Equal. Sambil menunggu mereka saya suguhi keripik apel khas Malang.

Jadilah dua cangkir kecil jus mangga kefir. Santi salah satu teman saya yang sudah selesai sholat maghrib tidak tahan lagi untuk mencobanya. Karena cukup kental, saya beri sendok.

“Asem…. asem banget,” itulah komentarnya yang pertama.

“Nggak enak ya?” tanya saya khawatir, mereka tidak doyan karena rasanya yang asam.

“Nggak enak! Gue suka nih yang asem-asem gini,” komentarnya membuat saya lega. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, cangkirnya sudah kosong.

Ai menyusul, “Asyem… syeger…,” dia semakin bersemangat menyendokkan kefir ke dalam mulutnya.

Saya jadi lega, ternyata jus mangga kefir dapat diterima di lidah mereka.

“Enak Dy,” katanya sambil meletakkan cangkir yang sudah kosong. “Kok kenyang ya, walaupun cuma secangkir.”

Saya jadi bersemangat kalau kefir juga membantu mengontrol berat badan.

“Kalau minum kefir, nggak terlalu pengen ngemil. Nggak terlalu nggragas, walaupun lapar.”

“Massa’ sih…???!!”

“Beneran, suer.”

“Pantes badan lo awet nggak melar-melar.”

“Iya dong.” Saya memang termasuk salah satu yang masih langsing diantara teman-teman satu angkatan.

“Kalo gitu kita tambah lagi dong kefirnya,” kata Ai sambil melirik Santi.

“Iya Dy, buat oleh-oleh, dibawa pulang.”

“Jadi ini masih kurang?” saya menunjuk dua botol ‘Kefirlicious Pisang-Stroberi’.

“Yang biasa…” tawar Santi sambil berjalan kearah freezer dan membukanya.

“Ini apaan?” tanyanya sambil mengangkat tupperware oranye.

“Kefir krim juga,” jawab saya.

“Gue bawa ya…”

Saya tak bisa menolak. Mereka membagi dua kefir krim yang masih beku itu dengan pisau. Halah…. kok mereka malah jadi nggragas kefir.

Keesokan paginya, saat saya tanya gemana efek setelah minum kefir:

“Iya bener, udah jam segini gue belum lapar-lapar. Terakhir cuma minum kefir di rumah lo itu. Padahal biasanya udah sarapan, ngopi paling nggak 2 cangkir…. ini gue belum lapar sama sekali.”

Waow… ( nggak perlu sambil koprol!) Saya kembali mengingatkan pada Santi dan Ainun kalau mau diet, “minum kefirnya sebelum makan.” Jadi saat makan sudah tidak terlalu rakus lagi.

Selain kedua teman saya tadi saya juga pernah memberikan kefir krim kepada Wiwin. Komentarnya sama, minum kefir membuat mereka nggak terlalu nggragas, sekalipun lapar.

So…. keinginan untuk ngemil jadi lebih mudah dikendalikan.

Anyway nggragas adalah bahasa jawa yang sulit saya terjemahkan secara harfiah. Mbah saya selalu bilang, “Nggragas…” sama cucu-cucunya yang punya nafsu makan tinggi.

Salah satu kegagalan menjaga berat badang adalah keinginan ngemil yang sulit di kendalikan. Menurut pengalaman saya dengan minum kefir, keinginan untuk ngemil menjadi lebih terkendali.

Faktor lain menurut pendapat pribadi saya adalah gangguan lambung. Rasa perih di lambung mendorong saya untuk sebentar-sebentar makan. Otomatis harus punya cemilan. Ngemil lagi… ngemil lagi…. Pasti bikin ndut! Dan yang paling menyebalkan adalah rasa tidak nyaman di perut. Sebah, kembung, mual…. Ini membuat lingkar pinggang saya membesar. Dulu saya selalu minum enziplek untuk mengatasi rasa tidak nyaman di perut. Setelah rutin meminum kefir rasa kembung, sebah dan mual tak lagi saya alami. Ini membuat lingkar pinggang saya menurun beberapa senti. Kefir memang kaya enzim alami yang membatu melacarkan pencernaan.

Alhamdulilah dengan kefir jadi ngga nggragas lagi dan lingkar pinggang mengecil.